"SANG NAGA" begitulah sebutan yang diberikan pada seekor naga muda yang cakap. Berbagai bakat dimilikinya dan diantara sebaya para naga muda, Sang Naga sangat menonjol, kelincahan, semburan api, dan semua keahlian para naga telah dikuasainya dengan baik.
Sayang sekali semua kecakapan tadi tidak hanya membuat Sang Naga percaya diri tapi juga sombong. Walaupun kesombongan itu tidak ditampakkan diluar, tetapi dalam hatinya "Sang Naga" selalu merasa tak akan ada yang akan mampu menghalanginya menjadi "Jagoan".
Begitulah berbagai prestasi telah diraih Sang Naga. Sampai suatu hari Sang Naga bermain-main dekat sungai. Suka sekali dia bermain air, hal yang bagi para naga merupakan pantangan. Tapi dalam hatinya dia bergumam "apa sih hebatnya air dibanding kekuatan yang dia miliki?".
Tidak terasa saat mandi di sungai itu dia mengikuti arus menuju pusaran air yang deras, dan karena kurang waspada diakibatkan kesombongan dihatinya tadi, Sang Naga terseret kedalam pusaran tersebut. Betapa kaget Sang Naga saat merasakan betapa kuat arus tadi membuatnya tenggelam, Sekuat tenaga dia berusaha melawan arus tetap saja terseret. Tapi dalam keadaan yang sulit tadi dia terlempar juga dari pusaran. Malang benar, baru saja keluar dari pusaran justru dia terlempar masuk perangkap ikan raksasa.
Menyadari dirinya dalam bahaya, dikumpulkannya semua kekuatan yang tersisa dan dihantamnya dinding perangkap dengan ekornya, tapi ternyata dinding itu lentur sehingga tembok saja jika dihantamnya bisa hancur tapi perangkap itu tidak apa-apa. Digunakannya senjata andalan semburan api agar perangkap itu hancur terbakar, tapi lagi-lagi Sang Naga kecewa karena air melindungi perangkap itu dari semburan api-nya. Barulah diingatnya pelajaran-pelajaran kenapa kaum naga harus jauh-jauh dari air. Penyesalan, takut, marah, malu pada diri sendiri mulai menyerangnya. Apakah gerangan yang harus diperbuatnya sekarang?
Setelah merenung beberapa saat akhirnya pandangannya tertuju pada lobang dimana tadi dia masuk dalam perangkap, dicobanya keluar dari lobang itu, tapi kembali dia kecewa karena lobang itu memang mudah untuk dimasuki dari luar tapi tidak bisa jika keluar karena dikelilingi oleh tombak-tombak bambu yang tertata mengerucut kedalam. Hanya ada satu cara! yaitu keluar dengan mundur, dan segera dilakukannya, tapi saat kepalanya sudah hampir keluar ternyata terhalang mahkota kebesaran naga-nya, mahkota yang didapatnya sejak dilahirkan kedunia, mahkota yang merupakan tanda dia keturunan naga. Tapi karena ingin segera terbebas dan tidak ingin mati tenggelam, terpaksa ditariknya paksa kepalanya dengan resiko mahkotanya akan tanggal. Setelah bersusah payah dan terluka akhirnya berhasil juga kepalanya keluar walaupun mahkotanya hilang.
Setelah mencapai daratan dan beristirahat, melangkahlah Sang Naga untuk pulang kembali ke kampung naga. Baru saja lima langkah dia berjalan, teringatlah dia kalau mahkota kebesaran naganya telah hilang. Dan tidak ada lagi kebanggaan yang bisa dibawanya tanpa mahkota itu. Kembali Sang Naga termenung, apakah dia akan kembali atau tidak. Terlintas dalam pikirannya apakah segala kesaktiannya masih ada setelah mahkota itu hilang. Dicobanya segala kesaktian yang dia miliki termasuk menyemburkan api. Sedikit legalah hatinya setelah mengetahui tidak ada yang berkurang dari segala ilmu yang dimilikinya. Tetapi saat teringat akan mahkotanya hatinya kembali hancur, apalagi saat dia berkaca diair.
Sedih, sesal, rindu, semua berkecamuk menjadi satu. Hal ini terjadi beberapa lama sampai sang naga jatuh sakit. Dia sangat tahu ayah dan ibunya sedih kehilangan dia, tapi untuk kembali dia tidak berani tanpa mahkotanya. Apa kata mereka? Apa kata kampung naga? Mereka akan mengusirnya bahkan.
Suatu hari dipagi yang cerah Sang Naga mendapat pencerahan dari hasil perenungannya selama sakit, tidak ada gunanya menyesali semua yang tidak mungkin akan kembali. Didepannya jalan masih panjang. Semua kesaktiannya masih ada dan setelah dipikirnya mahkota hanya sebuah lambang kebesaran. Biarlah dia mencapai cita-citanya tanpa mahkota, akan diukirnya mahkota tak terlihat yang mengalahkan kilauan semua mahkota naga yang pernah ada.
Lalu kemana dia sekarang? ayah ibunya pasti mencarinya dengan kebingungan. Karena wataknya yang memang tinggi hati, akhirnya Sang Naga memutuskan tidak pulang terlebih dahulu setidaknya sementara waktu sampai dia pantas pulang walaupun tanpa mahkota dikepalanya. Dia yakin ayah ibunya adalah yang memberi tetesan darah padanya, sehingga kalau dia mampu menanggung penderitaan seperti itu sendirian, betapa ayah dan ibunya tidak akan lebih kuat lagi? yang telah ditempa pengalaman hidup lebih lama.
Harus ditahannya semua beban itu dan jangan sampai semangatnya yang baru tumbuh dipatahkan kata-kata miring para naga lain, sampai dia tahu semangatnya tak akan terpatahkan lagi.
Ditegakkannya kepalanya dan dibisikkan kedalam hatinya sendiri "Bagaimanapun dia adalah SANG NAGA"